DEFINISI KOMUNIKASI
Kata
“komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”,
yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Akar katanya “communis”
adalah “communico” yang artinya
berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam literatur lain
disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare”
yang berarti " membuat sama" (to
make common). Istilah “communis” adalah
istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang
merupakan akar dari kata kata Latin yang mirip
Komuniksi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
di anut secara sama.
Komunikasi
sebagai kata kerja (verb) dalam
bahasa Inggris, “communicate”, berarti
(1) untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan informasi; (2) untuk
membuat tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan
yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun),
“communication”, berarti : (1)
pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses pertukaran
diantara individu-individu melalui simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk
mengekspresikan gagasan-gagasan, dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman
informasi (Stuart, 1983, dalam Vardiansyah, 2004).
Ø
Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi
sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat
suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah
perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya
didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the
channel) dan penerima (the receiver).
Ø
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses
berbagi (sharing process). Schramm
menguraikannya sebagai berikut :
“Komunikasi berasal dari
kata-kata (bahasa) Latin communis
yang berarti umum (common) atau
bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha
menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes)
dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap.
Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan
para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya
adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian
(pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).
Ø
Joseph A Devito mengemukakan komunikasi
sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan
suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.
Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan
elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).
Ø
Sebagai proses, kata Smith,
komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum, sempit dan luas dalam ruang
lingkupnya. Dirinya menguraikan :
“Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian
proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal,
sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu.
Komunikasi antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia
dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat
ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui media massa dengan audience
di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi saat itulah mereka
berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka melakukan melalui
komunikasi” (Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3).
Ø
Larry A Samovar, Richard E Porter dan
Nemi C Janin dalam
bukunya Understanding Intercultural
Communication mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :
“Communication
is defined as a two way on going, berhaviour affecting process in which one
person (a source) intentionally encodes and transmits a message throught a
channel to an intended audience (receiver) in order to induce a particular
attitude or behaviour” (Purwasito, 2003 : 198).
Ø
Dance dan Larson (dalam Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya
telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan
Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting yang
mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain :
a.
Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi
bersifat umum, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang
menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b) Definisi
bersifat khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat
untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon,
telegraf, radio, kurir dan sebagainya.
b.
Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan
kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah
situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan
kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
(b) Definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Gode (1959) yang
menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula
dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau
lebih.
c.
Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang
menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan
bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling
pengertian. (b) Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan tidak
diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses
transmisi informasi.
Ø
Hovland, Janis & Kelley
(1953)
“Komunikasi adalah suatu
proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya
dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku
orang-orang lainnya (khalayak).”
Ø
Berelson dan Stainer (1964)
“Komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan
lain-lain.”
Ø
Lasswell (1960)
“Komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran
apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?).”
Ø
Gode (1959)
“Komunikasi adalah suatu
proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli
seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.”
Ø
Barnlund (1964)
“Komunikasi timbul didorong
oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara
efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.“
Ø
Ruesch (1957)
“Komunikasi adalah suatu
proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.”
Ø
Weaver (1949)
“Komunikasi adalah seluruh
prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang
lainnya.”
Ø
Riswandi menyimpulkan beberapa karakteristik
komunikasi berdasar berbagai definisi
yang dikemukakan para ahli, antara lain :
a. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau
peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta
berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
b. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu
kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan
tujuan atau keinginan dari pelakunya.
c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku
yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama
mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.
d. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang
yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal
dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
e. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu
memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara
seimbang atau porsional.Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya
f. bahwa para pelaku yang
terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.
Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet,
faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah
dalam berkomunikasi. (Riswandi, 2006).
Ø
Astrid mengemukakan bahwa “Komunikasi adalah
kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami
bersama oleh pihak yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi”
Ø
Roben.J.G mengemukakan bahwa “Komunikasi
adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang
pikiran atau perasaan.”
Ø
Davis, 1981 mengemukakan bahwa “Komunikasi
adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang
lain.”
Ø
Schram,W mengemukakan bahwa “Komunikasi
adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain.“
Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari
satu orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).
Ø
v FUNGSI KOMUNIKASI
Ø Memberikan informasi kepada
masyarakat. Karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah
masyarakat. Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan merasa aman
tentram. Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk
bahan dalam pembuatan keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam
sehingga melahirkan teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu
pengetahuan. Informasi disampaikan pada masyarakat melalui berbagai tatanan
komunikasi, tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan mass communication.
Ø Mendidik masyarakat. Kegiatan
komunikasi pada masyarakat dengan memberiakan berbagai informasi tidak lain
agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya.
Kegiatan mendidik masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai
informasi yang dapat menambah kemajuan masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan
mendidik masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan
juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok
pada pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya. Tetapi kegiatan mendidik
masyarakat yang paling efektif adalah melalui kegiatan Komunikasi Interpersonal
antara penyuluh dengan anggota masyarakat, antara guru dengan murid, antara
pimpinan dengan bawahan, dan antara orang tua dengan anak-anaknya.
Ø Mempengaruhi masyarakat. Kegiatan
memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk
mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang
diharapkan. Misalnya mempengaruhi masyarakat untuk mendukung suatu pilihan
dalam pemilu dapat dilakukan melalui komunikasi massa dalam bentuk kampanye, propaganda,
selebaran-selebaran, spanduk dan sebagainya. Tetapi berdasarkan beberapa
penelitian kegiatan mempengaruhi masyarakat akan lebih efektif dilakukan
melalui Komunikasi Interpersonal.
Ø Menghibur masyarakat. Perilaku
masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi
sarana hiburan masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian
informasi melalui sarana seni hiburan.
Ø William
I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi
menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi
komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi
itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk
hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan
anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa,
..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
a.
Pembentukan konsep diri. Konsep diri
adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat
informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui
komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun
juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai
diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang
sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila
orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam
Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant others (orang lain
yang sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita yang mempunyai peranan
penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka
adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah
dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others,
untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari
merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Selain itu,
terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu
kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya
dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda
memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan
norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri
sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut
persepsi anda.
b.
Pernyataan eksistensi diri. Orang
berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi
diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi
sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah
seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat
dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara
panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak
relevan.
c.
Untuk kelangsungan hidup, memupuk
hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup
sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan
orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan
memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog
berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia
yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah,
yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan
fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang
lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan
keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya
meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki,
pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan
sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk
membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas
masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi
berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan
tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan
sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan
benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih
ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya
dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan
mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes
kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup,
yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara
kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan
lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau
perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti
berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara
bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan
lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang
berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau
agama mereka.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi
instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai
instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun
hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika
membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam
komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan
bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan
pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang
baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik,
yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management),
yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral
janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk
menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Ø
Onong
Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah
menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.
Ø
Fungsi
komunikasi menurut Harol D. Lasswell
adalah sebagai berikut:
a.
The
surveillance of the environment, fungsi komunikasi adalah untuk mengumpulkan
dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan (kalau dalam
media massa hal
ini sebagai penggarapan berita).
b.
The
correlation of correlation of the parts of society in responding to the
environment, dalam hal ini fungsi komunikasi mencakup interpretasi terhadap
informasi mengenai lingkungan (disini dapat diidentifikasi sebagai tajuk
rencana atau propaganda).
c.
The
transmission of the social heritage from one generation to the next, dalam hal
ini transmission of culture difocuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan
informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.
Ø
Deddy
Mulyana (2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi
tentang komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:
1.
Komunikasi
sebagai tindakan satu arah.
Suatu
pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau
lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung
(tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar,
majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah
sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak
terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak
melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi
berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua
kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan
untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap
suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau
membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa
definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
a. Everet
M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
b. Gerald
R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
c. Carld R.
Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (komunkate).
d. Theodore
M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi
informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada
penerima.
2.
Komunikasi
sebagai interaksi.
Pandangan
ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi,
yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau
nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau
nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau
umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh
definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004),
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada
bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni ,
dan teknologi.
3.
Komunikasi
sebagai transaksi.
Pandangan
ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara
sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini,
maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara
aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan
verbal dan atau pesan nonverbal.
Beberapa definisi
yang sesuai dengan konsep transaksi:
a. Stewart
L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di
antara dua orang atau lebih.
b. Judy C.
Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami danberbagi
makna.
c. William
I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan
gagasan dan perasaan.
d. Donald
Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua
orang atau lebih.
v TUJUAN KOMUNIKASI
Tujuan
Komunikasi. Ada
empat tujuan atau motif komunikasi
yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan
secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan
komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun
tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan
drastis (kita mengirimkan surat
elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya
tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi
lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).
a.
Menemukan
Salah
satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila
anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain
juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar
dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang
lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan
berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan
balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari
perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata
tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu
kita merasa "normal."
Cara
lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan
sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan
kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri
sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.
Dengan
berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri
orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita
untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia
lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk
mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi,
masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak
yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari
interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media,
mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap
bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
b.
Untuk berhubungan
Salah
satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain
(membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai
dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain.
Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan
memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah,
di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan
orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.
c.
Untuk meyakinkan
Media
masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku
kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk
mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak
bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media,
tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan
itu—bekerja di suatu surat
kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar
televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi,
kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik
sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi
sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha
mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk
tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu,
meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan
tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja
dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau
perilaku.
d.
Untuk bermain
Kita
menggunakan banyak perilaku komunikasi
kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan,
musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari
perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan
lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik).
Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan
cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai
tujuan-tujuan lain.
Ø
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan
penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan
perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan
menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri
atau orng lain
Ø
Tujuan
dari komunikasi adalah seperti yang dikemukakan oleh Dan B. Curtis dalam buku Komunikasi Bisnis Profesional sebagai
berikut :
a. Memberikan informasi, kepada para klien,
kolega, bawahan dan penyelia (supervisor)
b. Diberi informasi, karena perilaku
diberi informasi merupakan bentuk interaksi komunikasi. Orang atau masyarakat
cenderung merasa lebih baik diberi informasi yang diperlukannya atau yang akan
diberi jalan masuk menuju informasi tersebut yang merupakan bagian dari keadaan
percaya dan rasa aman.
c. Menolong orang lain, memberikan
nasihat kepada orang lain, ataupun berusaha memotivasi orang lain dalam
mencapai tujuan.
d. Menyelesaikan masalah dan membuat
keputusan, karena semakin tinggi kedudukan/status seseorang maka semakin
penting meminta orang lain untuk keahlian teknis sehingga dalam menyelesaikan
masalah/membuat keputusan tersebut harus ada komunikasi untuk meminta data
sebagai bahan pertimbangan.
e. Mengevaluasi perilaku secara efektif,
yaitu suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal yang akan mereka lakukan setelah
menerima massege. (1992 : 9).
Ø
Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi – dimensi
Komunikasi, Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :
1.
Perubahan Sosial dan partisipasi
sosial.
Memberikan
berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau
mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan. Misalnya
supaya masyarakat ikut serta dalam pilihan suara pada pemilu atau ikut serta
dalam berperilaku sehat, dan sebagainya.
2.
Perubahan Sikap.
Kegiatan
memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat
akan berubah sikapnya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup
sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan sikap
masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat.
3.
Perubahan pendapat.
Memberikan
berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau
berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan,
misalnya dalam informasi mengenai pemilu. Terutama informasi mengenai kebijakan
pemerinatah yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus
disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat masyarakat dapat
terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut.
4.
Perubahan perilaku.
Kegiatan
memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat
akan berubah perilakunya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup
sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan
perilaku masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat atau mengikuti
perilaku hidup sehat.
v
TEORI-TEORI KOMUNIKASI
1. Teori Model Lasswell
Salah
satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel
klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering
dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam
saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh
seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
2. Teori Komunikasi Dua Tahap Dan Pengaruh Antar Pribadi
2. Teori Komunikasi Dua Tahap Dan Pengaruh Antar Pribadi
Teori
ini berawal dari hasil penelitian Paul
Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa
dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi
bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan
sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan
asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran
arus informasi dan menentukan pendapat umum.
3. Teori Informasi atau Matematis
Salah
satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi
selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan
bentuk penjabaran dari karya Claude
Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of
Communication.
Teori
ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif:
komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan
saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari
mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan
dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada
akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang
pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi
yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke
tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak
kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu
sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada
tindakan komunikasi.
Karya
Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di
Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah
insiyiur di sana
yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon.
Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon
ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah
bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara
sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud
adalah kabel telepon dan gelombang radio.
Latar
belakang keahlian teknik dan matematik Shannon
dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem
telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada
pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih
pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.
Penjelasan
Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi
Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.
Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.
4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip
Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori
uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai
expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam
kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan
oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium
dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai
contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri
menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan
terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi
lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak
realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk
melihatnya.
5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori
ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan
Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga
menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan
ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam
model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara
pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan
dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini
memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari
media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan
khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media
massa. Namun
perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama
terhadap semua media.
Sumber
ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem
media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam
menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi
khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan
ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk
mengukur efek yang ditimbulkan media massa
terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset
eksperimen, survey dan riset etnografi.
ü Riset Eksperimen
Riset
eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap efek media
dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun penelitian yang menggunakan
riset eksperimen tidak mewakili angka statistik secara keseluruhan, namun
setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan membagi obyek penelitian ke dalam
dua tipe yang berada dalam kondisi yang berbeda.
Riset
eksperimen yang paling berpengaruh dilakukan oleh Albert Bandura dan
rekan-rekannya di Stanford
University pada tahun
1965. Mereka meneliti efek kekerasan yang ditimbulkan oleh tayangan sebuah film
pendek terhadap anak-anak. Mereka membagi anak-anak tersebut ke dalam tiga
kelompok dan menyediakan boneka Bobo Doll, sebuah boneka yang terbuat dari
plastik, di setiap ruangan. Kelompok pertama melihat tayangan yang berisi
adegan kekerasan berulang-ulang, kelompok kedua hanya melihat sebentar dan
kelompok ketiga tidak melihat sama sekali.
Ternyata
setelah menonton, kelompok pertama cenderung lebih agresif dengan melakukan
tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo Doll dibandingkan dengan kelompok
kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan bahwa media massa memiliki peran membentuk karakter
khalayaknya.
Kelemahan
metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi dari hasil penelitian, karena
sampel yang diteliti sangat sedikit, sehingga sering muncul pertanyaan mengenai
tingkat kemampuannya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata (generalizability).
Kelemahan ini kemudian sering diusahan untuk diminimalisir dengan pembuatan
kondisi yang dibuat serupa mungkin dengan keadaan di dunia nyata atau yang
biasa dikenal sebagai ecological validity Straubhaar dan Larose, 1997 :415).
ü
Survey
Metode
survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk dimanfaatkan
sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik. Metode survey lebih
memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil riset daripada riset
eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif dari populasi yang lebih
besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih banyak faktor daripada
manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk menonton tayangan kekerasan
seksual di televisi dan faktor agama. Hal ini akan diperjelas dengan contoh
berikut.
ü Riset Ethnografi
Riset
etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara lebih
alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari antropologi
yang melihat media massa
dan khalayak secara menyeluruh (holistic), sehingga tentu saja relatif
membutuhkan waktu yang lama dalam aplikasi penelitian.
5.
Teori Agenda Setting
Agenda-setting
diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa
jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi
khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media,
maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki
efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses
belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
6.
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori
ini dikembangkan oleh Sandra
Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi
struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media
massa. Teori
ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang
memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada
tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara
ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1.
Kognitif, menciptakan atau
menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem
keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
2.
Afektif, menciptakan ketakutan
atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3.
Behavioral, mengaktifkan atau
menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya,
menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan
perilaku dermawan.
7.
Teori Uses and Gratifications
(Kegunaan dan Kepuasan)
Teori
ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert
Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media
memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata
lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna
media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi
kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk
memuaskan kebutuhannya.
Elemen
dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1)
Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi
antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat,
termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal
individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang
menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian
persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan
pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat
memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus
akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik,
kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
8.
Teori The Spiral of Silence
Teori
the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976),
berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini
menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses
saling mempengaruhi antara komunikasi massa,
komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam
hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
9.
Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan
awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas
realitas yang dibangun oleh Peter L
Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A
Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah
risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi
sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi
antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang
tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis
atau intersubjektif.
10.
Teori Difusi Inovasi
Teori difusi
yang paling terkemuka dikemukakan oleh
Everett Rogers dan para koleganya. Rogers
menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses
perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan
konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara
internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan
agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau
dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam
waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
11. Teori Kultivasi
Program
penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi
massa dilakukan George Garbner dan
teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman
bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam
memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan
sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia
yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah.
Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang
biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun
yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi
telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari
(kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola
berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi
membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum.
Garbner
menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya
dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi
sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak.
Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan
tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya
tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya
(McQuail, 1996 : 254)
12.
Teori Behaviorisme
Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 –
1958) yang di Amerika dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya
memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada
perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia
sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas
(respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah
diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga
dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap
perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus-respons.
Behaviorisme
lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis.
Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku
manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan
perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
faktor‑faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo
Mechanicus).
13.
Teori Humanisme
Teori ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam
psikologi yaitu psikologi Humanisme. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh McNeil
(1977) “In many instances, communicative language programmes have
incorporated educational phylosophies based on humanistic psikology or view
which in the context of goals for other subject areas has been called ‘the
humanistic curriculum”
Teori humanisme dalam pengajaran bahasa pernah
diimplementasikan dalam sebuah kurikulum pengajaran bahasa dengan istilah
Humanistic curriculum yang diterapkan di Amerika utara di akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an. Kurikulum ini menekankan pada pembagian pengawasan dan
tanggungjawab bersama antar seluruh siswa didik. Humanistic curiculum
menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah laku siswa dengan
menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan dasar dan kebutuhan hidup
siswa. Teori ini menganggap bahwa setiap siswa sebagai objek pembelajaran
memiliki alasan yang berbeda dalam mempelajari bahasa. Tujuan utama dari teori
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah
masyarakat. The deepest goal or purpose is to develop the whole persons within
a human society. (McNeil,1977)
14.
Teori Konstruktvisme
Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah
dua nama yang selalu diasosiasikan dengan kontruktivisme. Ahli kontruktivisme
menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan,
mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu
untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar
itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian
pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam
membangun pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan
pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau
tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang
diujikan dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru
memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh
proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.
15.
Teori Nativisme
Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar
bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia
dilahirkan sudah memiliki bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa.
Chomsky dalam Hadley (1993: 48) yang
merupakan tokoh utama golongan ini mengatakan bahwasannya hanya manusialah
satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal.
Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia
belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa
setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya
“alat penguasaan bahasa” atau LAD (language Acquisition Device). Chomsky dalam
Hadley (1993:50) mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus
bukan sekedar subset belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari
sekedar penetapan Stimulus- Respon. Chomsky dalam Hadley (1993: 48) mengatakan
bahwa eksistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa
pertama anak dalam waktu singkat, karena adanya LAD. Menurut golongan ini
belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil kaidah-kaidah atau
struktur aturan-aturan bahasa ke dalam LAD yang sudah tersedia secara alamiah
pada manusia tersebut.
16.
Teori Kognitivisme
Menurut Piaget dalam Mansoer Pateda (1990: 67),
salah seorang tokoh golongan ini mengatakan bahwa struktur komplek dari bahasa
bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam dan bukan pula sesuatu yang
dipelajari lewat lingkungan. Struktur tersebut lahir dan berkembang sebagai
akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dan
lingkungan lingualnya.Struktur tersebut telah tersedia secara alamiah.
Perubahan atau perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada sejauh mana
keterlibatan kognitif sang anak secara aktif dengan lingkungannya.
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh
kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau
kejadian yang terjadi di dalam lingkungan.
Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur.
Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur.
Tahapan tersebut meliputi:
a.
Asimilasi : proses penyesuaian
pengetahuan baru dengan struktur kognitif
b.
Akomodasi : proses penyesuaian
struktur kognitif dengan pengetahuan baru
c.
Disquilibrasi : proses penerimaan
pengetahuan baru yang tidak sama dengan yang telah diketahuinya.
d.
Equilibrasi : proses penyeimbang
mental setelah terjadi proses asimilasi.
17.
Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani
(Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh
Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang
didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan
dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan
memperhatikan lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.
v KEGUNAAN BELAJAR ILMU KOMUNIKASI
Ruben&Steward, (2005:1-8) menyatakan bahwa :
1.
Komunikasi adalah fundamental dalam
kehidupan kita.
Dalam
kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting.
Kita tidak bisa tidak berkomunikasi.tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa
komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial
manakala kita berkomunikasi dengan orang lain.Demikian pula sebaliknya, orang
lain akan berkomunikasi dengan kita ,baik dalam jangka pendek ataupun jangka
panjang. Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu hubungan
kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan kontribusi sebagai anggota
keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas
membutuhkan suatu komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut menjadi
hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita.
2.
Komunikasi adalah merupakan suatu
aktifitas komplek.
Komunikasi
adalah suatu aktifitas yang komplek dan menantang. Dalam hal ini ternyata
aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai
kompetensi komunikasi memerlukan understanding dan suatu ketrampilan sehingga
komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam
Ruben&Stewat( 2005:3) menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita
memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi
baru dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu perspektif
di kehidupan manusia.
3.
Komunikasi adalah vital untuk suatu
kedudukan/posisi yang efektif.
Karir
dalam bisnis, pemerintah, atau pendidikan memerlukan kemampuan dalam memahami
situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif, memerlukan
kerjasama antara satu dengan yang lain, dan dapat menerima atas kehadiran
ide-ide yang efektif melalui saluran saluran komunikasi. Untuk mencapai
kesuksesan dari suatu kedudukan/ posisi tertentu dalam mencapai kompetensi
komunikasi antara lain melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan
interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain
sebagainya.
4.
Suatu pendidikan yang tinggi tidak
menjamin kompetensi komunikasi yang baik.
Kadang-kadang
kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifat common sense
dan setiap orang pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal sesungguhnya
banyak yang tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang baik karena ternyata
banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya
dalam bentuk verbal tetapi juga nonverbal, ada ketrampilan komunikasi dalam
bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal,
ataupun secara kelompok sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota
dengan baik, dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam
berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki
ketrampilan berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Sehingga komunikasi itu
perlu kita pelajari.
5.
Komunikasi adalah populer.
Komunikasi
adalah suatu bidang yang dikatakan sebagai popular. Banyak bidang-bidang
komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada
juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang profesiponal lainnya
termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan, ilmu computer, dan lain-lain.
Sehingga sekarang ini komunikasi sebagai ilmu social/perileku dan suatu seni
yang diaplikasikan. Disiplin ini bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan
ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar