BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Keanekaragaman
budaya yang ada di Indonesia
harus dipandang sebagai sebuah kekayaan bukan kemiskinan. Bahwa Indonesia tidak
memiliki identitas budaya yang tunggal bukan berarti tidak memiliki jati diri,
namun dengan keanekaragaman budaya yang ada membuktikan bahwa masyarakat kita
memiliki kualitas produksi budaya yang luar biasa, jika mengacu pada pengertian
bahwa kebudayaan adalah hasil cipta manusia.
Kebudayaan atau
budaya menurut Bapak Antropologi Indonesia Koenjtaraningrat (1996), adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Pengertian tersebut merujuk pada gagasan J. J Honigmann (1973) tentang wujud
kebudayaan atau disebut juga ‟gejala kebudayaan‟. Honigmann membagi kebudayan
kedalam tiga wujud, yakni kebudayaan dalam wujud ide, pola tindakan dan artefak
atau benda-benda.
Mengacu pada konsep
diatas, jika dikembalikan pada realita yang ada di kehidupan bangsa Indonesia,
kiranya kita bisa memilah setiap wujud kebudayaan yang ada, minimal dari yang
kita temui setiap harinya. Sejalan dengan itu, kemudian akan muncul pertanyaan
klasik ”apakah ada yang namanya budaya Indonesia?”
Ada beberapa budaya
besar (bukan dalam konteks baik dan buruk) yang terkait dan selalu dikaitkan
dengan kebudayaan Indonesia
dalam pencariannya, yakni istilah budaya timur, dominasi sebuah budaya lokal
dan pengaruh Islam sebagai agama mayoritas. Pengaitan itu pada dasarnya bukan
mengarah kepada pencarian jawaban atas apa yang dimaksud dengan kebudayaan
nasional, tetapi lebih cenderung menjadi sesuatu yang dipaksakan sebagai
turunan dari kepentingan ideologis, yang kemudian mengatasnamakan integrasi
nasional.
Makalah ini akan
membahas tentang proses terbentuknya kebudayaan Indonesia
dimulai dari awal keberadaan kebudayaan Indonesia
dan proses pembentukan kebudayaan Indonesia.
B.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah perkembangan sosial
budaya yang ada di Indonesia?
C. TUJUAN DAN
MANFAAT PENULISAN
C.1 Tujuan
Penulisan
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata
Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia.
C.2 Manfaat Penulisan
Agar para panbaca
makalah mengetahui bagaimana kebudayaan itu berkembang di Indonesia dan mengetahui macam-macam kebudayaan
yang ada di Indonesia.
BAB I
PEMBAHASAN
A.
PERKEMBANGAN
SOSIAL BUDAYA INDONESIA
Posisi Indonesia
terletak di persimpangan dua Samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua Benua (Asia
dan Australia),
yang sejak dahulu merupakan daerah perlintasan dan pertemuan berbagai macam
agama dan ideologi serta kebudayaan.
Dalam kondisi yang demikian, maka
terdapat 5 lapisan perkembangan sosial budaya Indonesia:
1.
Lapisan sosial budaya lama dan asli, yang memperlihatkan
persamaan yang mendasar (bahasa, budaya,dan adat) di samping
perbedaab-perbedaan dari daerah kedaerah. Persatuan dan kesatuan yang bersumber
kepada lapisan ini tidak di tiadakan oleh datangnya agama dan nilai-nilai baru.
2.
Lapisan keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India . wilaya Indonesia merupakan pusat pengenmangan peradaban Hindia
di pulau Jawa, namun kesadaran akan kebersamaan tetap dijunjung tinggi (Bineka
Tunggal Ika).
3.
Lapisan yang datang dengan agama islam tersebar luas di
Wilayah Indonesia
yang sekaligus juga memberikan corak tata kemasyarakatan, sebagaimana halnya
agama Budha dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan masyarakat dan
struktur ketata Negaraan.
4.
Lapisan yang datang dari Barat bersama dengan agama Kristen
melengkapi kehidupan umat beragama di Indonesia di tengah tengah pengaruh dominasi
asing yang silih berganti dari kerajaan kerajaan Spanyol, Portugis, Belanda,
dan Inggris.
5.
Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimualai kesadaran
bangsa. Munculnya rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah
memberikan inspirasi dan tekad untuk mendorong lahirnya gerakan Budi Utomo
tanggal 20 Mei 1908, kemudian disusul dengan pemantapan Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928.
Sejak periode perkembangan Nasional,
semakin dirasakannya perkembangan perceturan ideologi yang pada garis besarnya
terbagi atas 3 kategori yaitu:
1.
Ideologi yang menitikberatkan pada nilai-nilai agama
2.
Ideologi yang menitikberatkan pada sosialisme
3.
Ideologi yang menitikberatkan pada nasionalisme.
Dalam negara Republik Indinesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu, nilai-nilai luhur yang
merupakan kepribadian yang merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa inilah yang kemudian menjadi ideologi
dan dasar negara yang di kenal sebagai pancasila, yang akhirnya di tuangkan
dalam pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan sosial
budaya di Indonesia
pada hakikatnya bersumber pada nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam
falsafah dan dasar negara pancasila.
Setelah kemerdekaan, salah satu hal
penting yang menyangkut konsepsi nusantara dan yang berkembang menjadi wawasan
nusantara ialah Deklarasi 13 Desember 1957 tentang wilayah perairan Indonesia
(Mochtar Kusumaatmadja, 1993).
“Bahawa segala perairan di sekitar,
diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang
termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau
lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara
Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari pada perairan
pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak
daripada negara Republik Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan
pedalaman ini bagi kapal asing terjamin selama dan sekedar tidak bertentangan
dengan kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas laut
teritorial yang lebarnya 12 mil yang di ukur dari garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang terluar daripada pulau-pulau negara Republik Indonesia akan
di tentukan dengan UDD”.
Ada beberapa
pertimbangan yang mendorong pemerintah mengeluarkan pernyataan wilayah perairan
Indonesia
adalah sebagai berikut:
1)
Bentuk geografi RI sebagai suatu negara kepulauan memiliki
sifat dan corak tersendiri yang memerlukan pengaturan sendiri pula
2)
Bagi kesatuan wilayah RI, semua kepulauan dan laut harus
dianggap sebagai suatu kesatuan yang bulat
3)
Penetapan batas laut teritorial (1939) tidak sesuai lagi
dengan kepentingan keslamatan dan keamanan Negara RI
4)
Setiap negara yang berdaulat berhak dan berkewajiban untuk
mengambil tindakan yang di pandangnya perlu untuk melindungi keutuhan dan
keselamatan negaranya.
B.
PERKEMBANGAN
KEBUDAYAAN INDONESIA
Di daerah Indonesia yang luas terdapat
macam-macam kebudayaan, yang satu berbeda dari yang lain di sebabkan oleh
perjalanan yang berbeda. Sebagai mana di ketahui, bahwa unsur sejarah yang
menentukan perkembangan kebudayaan Indonesia itu terbagi dalam 5
lapis:
1.
Kebudayaan Indonesia asli
Tentulah kebudayaan Indonesia asli, sebelum kedatangan kebudayaan India adlah hasil pertumbuhan sejarah yang
berbeda-beda di bebagai pulau dan bagian pulau di Indonesia yang luas ini. Di
Indonesia terdapat banyak bahasa daerah dan dalam hukum adat pun jelas
kelihatan perbedaan yang nyata antara lingkungan hukum adat yang satu dengan
yang lain, meskipun banyak perbedaannya antara penjelmaan kebudayaan yang satu
dengan yang lain, ciri diri hakikat yang sama diantara kebudayaan-kebudayaan
itu sedemikian banyak dan kennyataannya dapat kita menggolongkan sekaliannya
pada dasar kebudayaan yang sama.
Seperti dalam kebudayaan yang
bersahaja yang lain bangsa Indonesia sebelum datang kebudayaan India itu pun
dapat dikatakan mempunyai cara berpikir yang kompleks, yaitu besifat
keseluruhan dan emosional, yaitu amat dikuasai oleh perasaan. Kepercayaan
kepada roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib meresapi seluruh kehidupan, baik
kehidupan manusia secara individu, maupun kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan.
Ekonomi, Hukum, Pemerintahan, dan
Kesenian bukanlah keaktifan manusia yang terpisah pisah, tetapi semuanya itu
erat hubungannya, dimana yang satu mulai dan yang satu berakhir serta semuanya
berlaku di bawah naungan anggapan dan konsep-konsep agama. Demikian juga
perkawinan, kelahiran dan kematian bukanlah kejadian atas diri manusia secara
individu, tetapi seluruh masyarakat berkepentingan kepadanya dan oleh karnanya
terikat kepada aturan masyarakat.
Salah satu ciri masyarakat Indonesia asli
ialah besarnya pengaruh perhubungan darah. Persekutuan itu terjadi dari satu
atau beberapa suku dan perhubungan di dalam maupun di antara suku-suku itu
diatur oleh adat. Dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia asli terdapat beberapa
corak susunan suku, yang menentukan cara menghitung keturunan, menentukan
bentuk perkawinan, hak atas tanah, soal warisan, dan sebagainya.
Kehidupan ekonomi masyarakat yang
kecil tentulah amat terbatas. Sebagian besar dari keperluan dan bahan-bahan
keperluan manusia masih dapat diambil dengan muudah dari alam yang luas, baik
untuk makanan maupun untuk keperluan yang lain seperti ramuan rumah, alat
pembakaran, bermacam-macam perkakas, dan obat-obatan. Dalam hubungan ini,
jelaslah bahwa baik pertanian maupun peternakan masih sangat terbatas. Orang
masih sebagian besar mengambil saja dari sumber alam, baik air maupun darat
yang sangat kaya. Dalam suasana ini, tiap-tiap keluarga atau suku atau desa itu
dalam arti yang luas masih bersifat autarki.
Kalau kita simpulkan uraian tentang
nilai-nilai kebudayaan Indonesia
asli, dapat dikatakan bahwa kebudayaan itu dikuasai oleh nilai agama, yang
ikuti oleh nilai solidaritas (kebersmaan) dan nilai kesenian. Sedangkan
sifatnya dalam demokrasi, nilai kuasa dalam susunan dalam masyarakat adalah
lemah. Nilai ilmu lemah karna pemikiran yang belum berkembang, sedangkan
perasaan masih terlampau berkuasa dalam menghadapi alam. Nilai ekonomi belum
juga berkembang karna kekayaan alam belum timbul. Dalam hubungan ini, teknik
tak dapat tumbuh karna orang masih terlampau terpengaruh oleh kepercayaan bahwa
kecakapan dan kekuasaan yang sesungguhnya terletak pada yang gaib, baik berupa
jiwa maupun berupa tenaga gaib.
2.
Kebudayaan India
Pada permulaan kurun masehi bangsa
Indonesia berkenalan dengan kebudayaan Hindu yang datang dari India itu telah
lebih maju dari kebudayaan Indonesia asli, tetapi pada pokoknya, kebudayaan
Hindu itupun bulat bersahaja dalam arti bahwa dalam kebudayaan itu pun berkuasa
agama berdasarkan cara berfikir, komplek dan emosional.
Dalam kebudayaan Indonesia asli pun
susunan pikiran masih kabur dalam selubung mistis dan adat, di India lambat
laung timbul pribadi-pribadi yang dengan sadar memikirkan dan mengatur dalam
susunan pikirannya tentang roh-roh dan tenaga- tenaga yang gaib, tentang
manusia dalam hubungan alam dan masyarakat, tentang bahasa, tentang
bangunan-bangunan dan sebagainmya.
Dalam ajaran karma dan penitisan
atau ingkarnasi kelihatan bahwa kepercayaan bangsa yang bersahaja kepada
pengembaraan roh yang disebut animisme, dengan sangat berasio dipikirkan
sehingga mendapat fungsi etik yang kuat dalam kehidupan. Mesti diakui, bahwa
etik yang berasio dan kuat itu membantu memecah massyarakat india menjadi
suatu hierarki evolusi inkarnasi berdasarkan kelahiran yang amat kaku, ia tak
dapat mengubah nasibnya yang dibawanya waktu lahirnya. Dilihat dari suatu
jurusan etik evolusi inkarnasi itu menjadi tiang agung timbuknya suatu sistem
kasta dan feodalisme, yang amat kukuh dan kaku, takdapat di ganggu gugat. Orang
yang lahir pada tingkat kasta yang tinggi sebagai brahmana atau satria, tak
dapat di ganggu gugat dalam kedudukannya berdasarkan kelahirannya.
Perkembangan rohani dan materi yang
terjadi di India dalam 1000 tahun
sebelum masehi yang memberi kedinamisan dalam kehidupan, itu harus dianggap
sebagai dorongan dan sebab orang-orang India datang ke pulauan Indonesia
sehingga kebudayaan India menjadi faktor yang penting dalam pembentukan
kebudayaan Indonesia dan pengaruh itu berjalan lebih dari 1000 tahun lamanya.
Di Indonesia, sesungguhnya pada
waktu itulah tumbuh hukum-hukum yang baru yang terpengaruh oleh hukum-hukum india yanng
mengatur soal-soal kerajaan yang besar. Semua itu sejalan dengan timbulnya
suatu hirarki kepegawaian Negara yang menjalankan pemerintah dan memegang
hukum.puncak dari dari hirarki itu.
3.
Kebudayaan Islam
Pada abad ke 14 masehi, bangsa Indonesia pula
berkenalan dengan budaya baru yaitu, kebudayaan Islam atau kebudayaan Arab Islam.
Seperti kebudayaan indonesia asli dan hindu,kebudayaan islamitupuun berpusat
kepada kepercayaan kepada tenaga yang gaib (Tuhan),yang dalam kebudayaan
(Agama) Islam dinamakan Allah.Tetapi berbeda dengan animisme dan dinamisme
kepercayaan kebudayaan indonesia asli dan berbeda dengan hierarki dewa dewa dan
imanentisme kepercayaan kebudayaan india,Dalam kepercayaan islam ada suatu
jarak antara manusia, Allah, dan alam.
Dari ayat-ayat Alquran, kitab suci
agama Islam, Disimpulkan tentang perhubungaan Allah. Allah yang mah kuasa itu
adalah asal dan pencipta segala sesuatu. Dicipkakannya alam semesta dan
diaturnya segala sesuatu menurut rencana-Nya dan hukum-Nya. Diciptakannya
matahari dan bintang-bintang, diaturnya
hujan agar membasahi tanah dan lain-lain. Allah adalah yanng menciptakan,
menumbuhkan, memelihara serta menjaga segala bentuk dan tumbuh-tumbuhan dan
hewan.
Dalam perkembangan islam yang cepat
sesudah abad pertama hijrah, dalam waktu yang pendek, kebudayaan islam
berkenalan dengan filsafat kebudayaan yunani kuno dengan perantaraan terjemahan
yang dibuat kedalam bahasa arab. Dengan demikian, kebudayaan islam menjadi
pewaris filsafat dan ilmu-ilmu yang bukan hanya diulang-ulang saja, tetapi
terus ditumbuhkan dengan pemikiran dan penyelidikan yang bebas, yang dilakukan
oleh pemeluk agama Islam maupun oleh pemeluk agama Kristen dan Yahudi yang
hidup dalam suasana kebebasan kebudayaan Arab-Islam.
Harsoyo (1999)
menyebutkan bahwa praktik penyebaran agama Islam itu melalui dua proses, yaitu
melalui mekanisme perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang India dari Gujarat
dan orang-orang Persia, dan yang kedua melalui penguasaan sentra-sentra
kekuasaan di pulau Jawa oleh orang-orang Pribumi yang telah memeluk agama
Islam; dengan proses yang cukup rumit ini tidak mengherankan kalau kemudian
terdapat beberapa perbedaan proses penyerapan agama Islam ini di Indonesia.
Untuk orang-orang yang tinggal di daerah pesisir agak berbeda dengan
orang-orang yang tinggal di pedalaman; untuk orang-orang yang telah kuat memeluk
agama Hindu dan Budha agak berbeda dengan orang-orang yang lebih longgar
darinya; untuk yang menerimanya dari orang-orang Gujarat agak berbeda dengan
pengaruh Persia; bahkan menurut seorang peneliti Amerika tentang
kebudayaan-kebudayaan di Indonesia, Clifford Geertz (1982), keberadaan agama
Islam pada suatu masyarakat Jawa Tengah itu dilaksanakan menurut tiga lapisan
masyarakat, yaitu agama Islam yang hidup pada kelompok bangsawan yang
disebutnya sebagai Priyayi, Islam yang hidup pada kelompok rakyat kebanyakan
yang disebutnya sebagai Abangan, dan Islam yang hidup pada
anggota-anggota kelompok pesantren sebagai pusat pengkajian agama Islam yang
disebut Santri.
Proses
masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia
pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu
melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab,
Persia dan Gujarat.
Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada
kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya
diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan
perkampungan, seperti pedagang Gujarat
mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka
interaksi semakin sering bahkan
ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan
Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan
Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok
pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan
masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka
para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing-
masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di
atas, Islam
juga
disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun
wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima
oleh rakyat Indonesia.
Proses
penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di
pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang
dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan.
4.
Kebudayaan modern
Kebudayaan modern ini dapat juga disebut kebudayaan modern Eropa
Amerika dan haruslah kita anggap bermula pada zaman Renaissance. Ini terletak
pada zaman yunani yang kura kira lima
abad sebelum masehi melepaskan diri mereka dari suasana kebudayaan ekspresif
yang dikuasai oleh mitos agama dan mulai berpikir dengan bebas tentang alam semesta dengan penyelidikannya secara
teratur berdasarkan tenaga pikiran dan pancaindera. Kebudayaan Yunani ini
tersebar, baik ke arah Asia maupun ke arah Eropa, tetapi terutama sekali di
sekitar Lautan Tengah.Bangsa Romawi
dapat dianggap sebagai pewarisnya yang pertama, tetapi tidaklah banyak
benar yang dapat ditambahkan oleh bangsa Romawi tentang hal filsafat dan kepada
warisan kebudayaan Yunani itu.Sumbangan bangsa Romawi terletak dalam nilai
kekuasaan yang berupa organisasi pemerintah dan pembentukan hukum hal
kemiliteran dan teknologi.Agama kristen pun sekedarnya menerima pengaruh dari
kebudayaan Yunani itu.
Sebagaimana diuraikan terdahulu
bagaimana usaha menyatukan kepercayaan dan konsep-konsep agama islam dengan
warisan Yunani itu, selain daripada memberikan kemajuan filsafat dan ilmu yang
amat sangat tinggi pada kebudayaan islam.
Manusia lamnbat laun bertambah lama
bertambah percaya kepada rasio atau tenaga berpikirnya, serta kesanggupannya
untuk mengets an menguasai alam sekitarnya. Kebenaran agama yang di
wahyukan terus meneruans akan
mendapat serang dari ahli-ahli
pikir,seperti Giordano Bruno, Copernicus, serta Galileo dan lain- lain dalam abad
ke-16 dan ke-17. Dalam abad-abad berikutnya perjuangan itu di teruskan oleh
Linaeus, Darwin, Marx, dan Freud. Dalam abad ke-19 kekuasaan gereja telah amat
berkurang sehinngga dapatlah Darwin mengumumkan
pikiran-pikirannya dengan tidak membahayakan jiwanya seperti rekan-rekannya
yang lain, justru abad ke-18 hal itu tidak mengherankan lagi, karna antara Darwin dan Renaissans
terdapat zaman AUFKLAERUNG.
Pengaruh kebudayaan
Barat mulai memasuki masyarakat Indonesia melalui kedatangan bangsa Portugis
pada permulaan abad ke 16, kedatangan mereka ke tanah Indonesia ini karena
tertarik dengan kekayaan alam berupa rempah-rempah di daerah kepulauan Maluku,
rempah-rempah ini adalah sebagai barang dagangan yang sedang laku keras di
Eropa pada saat itu. Kegiatan misionaris yang menyertai kegiatan perdagangan
mereka, dengan segera berhasil menanamkan pengaruh agama Katolik di daerah
tersebut. Ketika bangsa Belanda berhasil mendesak bangsa Portugis untuk
meninggalkan Indonesia
pada sekitar tahun 1600 M, maka pengaruh agama Katolik pun segera digantikan
oleh pengaruh agama Protestan. Namun demikian, sikap bangsa Belanda yang lebih
lunak di dalam soal agama jika dibandingkan dengan bangsa Portugis, telah
mengakibatkan pengaruh agama Proterstan hanya mampu memasuki daerah-daerah yang
sebelumnyaa tidak cukup kuat dipengaruhi oleh agama Islam dan agama Hindu,
sekalipun bangsa Belanda berhasil menanamkam kekuasaan politiknya tidak kurang
selama 350 tahun lamanya di Indonesia.
Dalam proses kontak
antara unsur-unsur budaya yang satu dan budaya yang lain, terjadilah saling
mempengaruhi (interaksi) antara kebudayaan itu, dalam proses interaksi itulah
akan timbul permasalahan tentang perubahan kebudayaan, yaitu makin melemahnya
nilai-nilai budaya sendiri. Begitu juga apabila interaksi dengan budaya asing
sangat kuat padahal sebenarnya tidak sesuai dengan kepribadian budaya bangsa
kita. Dalam konteks modernisasi, suatu keadaan yang sarat dengan peniruan gaya hidup asing, karena orang ingin disebut modern maka
mereka tidak segan-segan untuk meniru gaya
hidup masyarakat Barat, walau mungkin untuk sebagian besar masyarakat
nilai-nilainya dianggap bertentangan.
Dapat kita simpulkan bahwa citi-ciri
terpenting daripada Ilmu Modern ialah kekuatan disiplin, cara berpikir dan
penyelidikannya yang menuju pengetahuan positif dan teliti
5.
Kebudayaan Bhinneka
Tunggal Ika
Setelah kita mengikuti sejarah
kebudayaan Indonesia dengan
perurutan keempat kebudayaan yang berbeda-beda konfigurasinya, dapatlah kita
sekarang memahami kesatuan kebudayaan indonesia dengan bermacam-macam
penjelmaannya yang biasanya kita sebut Bineka Tunggal Ika.
Sebagai
semboyan bangsa Indonesia,
Bhineka Tunggal Ika mengandung makna yang penting karena pengertian atau makna
yang terkandung dalam seloka tersebut itulah kiranya yang menuntun pemahaman
bangsa Indonesia
bahwa walaupun kita memiliki keanekaragaman dalam banyak hal akan tetapi tetap
satu jua adanya.
Bangsa
Indonesia
terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang mempunyai keanekaragaman sejarah,
adat istiadat, bahasa serta kebudayaan sendiri-sendiri. Keanekaragaman tersebut
tidak menjadi penghalang, bahkan dianggap sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Hal
itu diwujudkan di dalam semboyan nasional Indonesia
“Bhineka Tunggal Ika” seperti yang terdapat pada lambang negara Indonesia.
Ungkapan Bhineka Tunggal Ika tersebut berasal dari bahasa Sanskrit yang
terdapat dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular pada zaman Majapahit.
Semenjak
masa-masa permulaan kemerdekaan bangsa Indonesia semboyan tersebut
senantiasa digunakan sebagai semboyan nasional digunakan untuk mendorong
semangat persatuan bangsa. Semboyan tersebut memesankan keanekaragaman Indonesia yang senantiasa dipelihara dan
dipandang sebagai asset nasional Indonesia.
Menurut
perkiraan para ahli, bangsa Indonesia
terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa atau golongan etnik (Depdikbud,
1984;149). Sebagai contoh dapat disebut sukubangsa Aceh, Gayo, Batak,
Minagkabau, dan Melayu di Sumatera; Suku Bangsa Jawa dan Sunda di Jawa; Suku
Bangsa Banjar dan Dayak di Kalimantan; Suku Bangsa Bugis, Mandar, Toraja,
Makasar, Buton dan Minahasa di Sulawesi; Suku Bangsa Ambon, dan Kei di Maluku;
Suku Bangsa Irian di Papua; Suku Bangsa Timor, Flores, dan Sumba di Nusa
Tenggara Timur, Suku Bangsa Sasak dan Bima di Nusa Tenggara Barat serta Suku Bangsa
Bali di Bali.
Perkembangan
sejarah dan kesatuannya dengan lingkungan alam yang didiami selama berabad-abad
memberikan cirri khusus pada kebudayaan Suku Bangsa tersebut. Karena itulah
setiap Suku Bangsa memiliki ciri tersendiri yang berbeda-beda dengan suku yang
lainnya, contoh nyata adalah bahasa, tiap daerah di Indonesia memiliki bahasa yang
berbeda-beda.
Namun
demikian bahasa Melayu (Melayu kuno) sudah digunakan sebagai bahasa pengantar
di Nusantara sejak abad ke-13. Hal itulah yang mempermudah bangsa Indonesia
menyepakati menetapkan bahasa Indonesia melalui Sumpah Pemuda pada tahun 1928
untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, untuk lengkapnya
beberapa pengelompokan bahasa dapat dikemukakan sebagai berikut :
· Kelompok Sumatera
· Kelompok Kalimantan
· Kelompok Jawa
· Kelompok Bali-Sasak
· Kelompok Gorontalo
· Kelompok Tomini
· Kelompok Toraja
· Kelompok Loinang
· Kelompok Banggai
· Kelompok Bungku-Laki
· Kelompok Sulawesi Selatan
· Kelompok Muna-Butung
· Kelompok Bima-Sumba
· Kelompok Ambon-Timor
· Kelompok Sula-Bacaan
· Kelompok Halmahera Selatan dan Teluk
Cendrawasih Papua
· Kelompok Halmahera Utara
· Bahasa-bahasa Papua Tengah dan
Selatan
· Bahasa-bahasa Papua pantai utara
· Kelompok Sulawesi Utara
· Melanesia (Bahasa Janefa, Sarmi, dan lain-lain).
(Depdikbud,1984;h.
158-160)
Dalam
kehidupan kemasyarakatan, dapat dilihat bahwa aspek yang menonjol adalah desa,
kekerabatan dan kehidupan gotong royong. Hal-hal yang baik seperti yang sudah
dilakukan secara turun temurun dan sangat bermanfaat itu haruslah dilestarikan
dan dikembangkan secara terus menerus. Kesatuan hidup territorial yang disebut
desa itu terdapat hampir diseluruh Indonesia dengan nama yang berbeda,
sebagai contoh misalnya adalah benua di Nias, gamponng di Aceh, kuta di Karo,
Nagari di Sumatera Barat, desa di Jawa, yang kesemuanya itu dikepalai oleh
seorang kepala desa atau Lurah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kebudayaan dapat dipahami sebagai suatu sistem
ide/gagasan yang dimiliki suatu masyarakat lewat proses belajar dan dijadikan
acuan tingkah laku dalam kehidupan sosial bagi masyarakat tersebut
(Koentjaraningrat, 1996). Sedangkan sistem budaya sendiri dapat dikatakan
sebagai seperangkat pengetahuan yang meliputi pandangan hidup, keyakinan,
nilai, norma, aturan, hukum yang diacu untuk menata, menilai, dan
menginterpretasikan benda dan peristiwa dalam berbagai aspek kehidupannya.
Nilai-nilai yang menjadi salah satu unsur sistem budaya, merupakan konsepsi
abstrak yang dianggap baik dan amat bernilai dalam hidup, yang kemudian menjadi
pedoman tertinggi bagi kelakuan dalam suatu masyarakat.
Bertitik tolak dari pemahaman
tersebut, konsep kebudayaan Indonesia
dibangun oleh para pendahulu kita. Konsep kebudayaan Indonesia
disini mengacu kepada nilai-nilai yang dipahami, dianut, dan dipedomani bersama
oleh bangsa Indonesia.
Nilai-nilai inilah yang kemudian dianggap sebagai nilai luhur, sebagai acuan
pembangunan Indonesia.
Nilai-nilai itu antara lain adalah taqwa, iman, kebenaran, tertib, setia kawan,
harmoni, rukun, disiplin, harga diri, tenggang rasa, ramah tamah, ikhtiar,
kompetitif, kebersamaan, dan kreatif. Nilai-nilai itu ada dalam sistem budaya
etnik yang ada di Indonesia.
Nilai-nilai tersebut dianggap sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah,
sebagaimana sifat/ciri khas kebudayaan suatu bangsa Indonesia (Melalatoa, 1997: 102).
Konsep kebudayaan Indonesia
ini kemudian diikat dalam satu konsep persatuan dan kesatuan bangsa yaitu
konsep Bhineka Tunggal Ika.
Dalam proses pencarian berarti
bahwa kebudayaan Indonesia itu senantiasa berusaha mewujudkan suatu kondisi
yang diharapkan dari satu bentuk kehidupan bersama; yaitu dengan memupuk
kesadaran bahwa bangsa Indonesia adalah satu potensi kekuatan dari bangsa yang
besar, yang untuk itu sangat diperlukan kerjasama, semangat kebersamaan, rasa
toleransi, emphati yang tinggi yang senantiasa mengacu pada substansi tiga
orientasi waktu : masa lalu, masa kini, dan masa depan.
B.
SARAN
Diharapkan kepada para pembaca yang
akan lebih mendalami tentang Perkembangan
Sosial Budaya Indonesia dapat mengambil Referensi yang lain sehingga dapat
membandingkan dengan Referensi yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar